RINGKASAN
Judul Buku : Theories of Lerning, 7th edition
Pengarang : B.R.
Hergenhahn, Matthew H. Olson
DIMAS PANDHU NARASANDI
5101413030
nuanza-ok.blogspot.com
|
Bab 4
Edward Lee Thorndike
Edward
Lee Thorndike (1871-1949) adalah ahli teori belajar terbesar sepanjang masa.
Dia bukan hanya merintis karya besar dalam teori belajar tetapi juga dalam
bidang psikologi pendidikan, perilaku verbal, psikologi komparatif, uji
kecerdasan, problem nature, transfer training, dan aplikasi pengukuran
kuantitatif untuk problem sosiopsikologis. Thorndike memulai proyek yang
disebut belakangan ini, dan juga proyek lainya, saat dia sudah berusia lebih
dari 60 tahun.
Produktivitas ilmiah Thorndike hampir sulit dipercaya. Pada
saat dia meninggal pada 1949, biografinya mencakup 507 buku, monograf, dan
artikel jurnal. Thorndike lahir pada 1874 di Williamsburg, Massachusetts, putra
kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia sekolah di Wesleyan Universiy, pada
saat itu dia membaca karya William James, Principles
of Psychology (1890), dan amat tertarik denganya.
Setelah dua tahun di Havard, dimana Thorndike mendapat
nafkah dengan mengajar mahasiswa, dia mendapat beasiswa untuk studi di Columbia
di bawah bimbingan James McKeen Cattell.
RISET HEWAN SEBELUM THORNDIKE
Darwin yang menunjukan bahwa manusia dan manusia adalah sama
dalam hampir semua aspeknya: secara anatomis, emosional, dan kognitif. The Expression of Emotions Man and Animals karya
Darwin (1872). Tak lama setelah Darwin memublikasikan bukunya itu, sahabatnya,
George John Romanes (1848-1894) memublikasikan buku Animal Intelliegence(1882), Mental Evolutioin in Animals (1884) dan
Mental Evolution in Man (1885).
Margaret
Floy Washburn (1871-1939), wanita pertama yang meraih gelar Ph.D bidang
psikologi, membawa studi non manusia selangkah lebih dekat ke laboratorium. Buku Wasburn, The Animal Mind, pertama
kali terbit pada 1908, dan edisi barunya terbit secara reguler sampai 1936.
KONSEP TEORETIS UTAMA
Koneksionisme
Thorndike menyebut asosiasi antara kesan indrawi dan impuls
dengan tindakan sebagai ikatan/kaitan atau koneksi. Pendekatan Thorndike
penekananya pada aspek fungsional dari perilaku terutama dipengaruhi oleh
Darwin. Teori Thorndike bisa dipahami sebagai kombinasi dari asosanisme,
Darwinisme, dan metode ilmiah.
Pemilihan dan Pengaitan
Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar
adalah trial-and-eror learning, atau yang disebutnya sebagai selecting and connecting. Thorndike
secara konsisten mencatat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
menurun secara sistematis seiring dengan bertambahnya upaya percobaan yang
dilakukan hewan; artinya semakin banyak kesempatan yang dimiliki hewan, semakin
cepat ia akan memecahkan masalah.
Belajar adalah Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertian
Mendalam (Insightful)
Dengan mencatat penurunan gradual dalam waktu untuk
mendapatkan solusi sebagai fungsi percobaan suksesif, Thorndike menyimpulkan
bahwa belajar bersifat incremental (bertahap),
bukan insightful (langsung ke pengertian). Dia mencatat bahwa jika belajar
adalah insightful, grafik akanmenunjukan waktu untuk mencapai solusi tampak
relatif stabil dan tinggi pada saat jewan dalam keadaan belum belajar.
Berdasarkan risetnya Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat
langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran.
Hukum Kesiapan
Law of
readiness (hukum kesiapan) yang dikemukakan dalam bukunya uang
berjudul The Original Nature of Man (Thorndike, 1930), mengandung tiga
bagian:
1.
Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan , maka
penyaluran denganya akan memuaskan.
2.
Apabila satu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka
tidak menyalurkannya akan menjengkelkan.
3.
Apabila satu unit konduksi belum siap untuk penyaluran dan
dipaksa untuk menyalurkan, maka
penyaluran dengannya akan menjengkelkan.
Hukum Latihan
Sebelum 1930, teori Thorndike mencakup hukum law of exercise, yang terdiri dari dua
bagian:
1.
Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat
keduanya dipakai.
2.
Koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila
praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai.
Hukum Efek
Law of
effect (hukum efek), yang digagasnya sebelum tahun 1930, adalah
penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respons sebagai
akibat dari konsekuensi dari respons. Jika suatu respons diikuti dengan keaddan
yang memuaskan, kekuatan koneksi itu aka bertambah, begitu pula sebaliknya.
KONSEP SEKUNDER SEBELUM 1930
Sebelum 1930, teori Thorndike mencakup sejumlah ide yang
kurang penting ketimbang hukum kesiapan, efek, dan latihan. Konsep sekunder ini
antara lain respons berganda, set atau sikap, prapotensi elemen, respons dengan
analogi, dan pergeseran asosiatif.
THORNDIKE PASCA 1930
Revisi Hukum Latihan Penggunaan
Thorndike
menarik kembali hukum penggunaan atau latihan. Tetapi tetap berpendapat bahwa
latihan praktis akan menghasilkan kemajuan kecil dan kurangnya latihan akan
menyebabkan naiknya tingkat lupa, karena alasan praktis dia meninggalkan hukum
latihan setelah tahun 1930.
Revisi Hukum Efek
Penguatan akan meningkatkan strength of connection, sedangkan hukuman tidak memberi pengaruh
apa-apa terhadap kekuatan koneksi.
Belongingness
Thorndike mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada
faktor selain kontinguitas dan hukum efek, yaitu belongingness, artinya
sifat-sifat suatu item, yang dalam kasus ini subjek dan katakerja, yang erat
hubunganya dengan, atau menjadi bagian integral dari, item yang lain.
Penyebaran Efek
Sesudah tahun 1930, Thorndike menambahkan konsep teoritis
lainya, yang disebutnya sebagai penyebaran efek. Selama eksperimennya,
Thorndike menemukan bahwa keadaan yang memuaskan tidak hanya menambah
probabilitas terulangnya respon yang menghasilkan keadaan yang, memuaskan
tersebut. Tetapi juga meningkatkan probabilitas terulangnya rspons yang
mengitari respons yang memperkuat itu.
Thorndike juga menemukan bahwa efek ini menghilang jika
jaraknya semakin jauh. Dengan kata lain, respons yang diperkuat itu memiliki
probabilitas yang paling besar untuk diulangi lagi, kemudian urutan selanjutnya
adalah respons yang paling dekat dengan respons yang diperkuat itu, dan
kemudian respons yang berada didekatnya, dan begitu seterusnya.
Thorndike telah menemukan konfirmasi tambahan untuk revisi
hukum efeknya sebab penguatan bukan hanya meningkatkan probabilitas respons
yang diperkuat, tetapi juga meningkatkan probabilitas respons yang ada
didekatnya, meskipun respons-respons yang dekat ini dikenai hukuman sebelumnya.
Penyebaran efek ini menunjukan sifat belajar yang otomatis dan langsung.
ILMU PENGETAHUAN DAN NILAI MANUSIA
Thorndike dikritik karena ia mengasumsikan determinisme
dalam studiperilaku manusia. Para pengkritik mengatakan bahwa mereduksi
perilaku manusia menjadi reaksi otomatis terhadap lingkungan akan menghancurkan
nilai-nilai kemanusiaan. Thorndike adalah manusia penuh warna yang
mengekspresikan opininya tentang berbagai macam topik. Mahasiswa yang tertarik
untuk mengetahui lebih jauh tentang Thorndike, disarankan membaca The Sane Positivistic; A Biography of Edward
L. Thorndike yang ditulis oleh Geraldine Joncich (1968).
PENDIDIKAN MENURUT THORNDIKE
Thorndike percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari
secara alamiah. Menurutnya ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar
dengan praktik pengajaran. Di banyak tempat pemikiran Thorndike bertentangan dengan
gagasan tradisional mengenai pendidikan; kita telah melihat contoh jelas dalam
teori elemen identiknya. Thorndike (1912) juga menganggap rendah teknik
pengajaran berbentuk ceramah perkuliahan yang saat itu populer (bahkan sampai
saat sekarang).
Tujuh
aturan Thorndike (1922) dirumuskan untuk pengajaran aritmatika, juga mewakili
saran-sarannya untuk pengajaran pada umumnya:
1.
Perhatikan situasi yang dihadapi murid.
2.
Pertimbangkan respons yang ingin anda kaitkan dengan situasi
itu.
3.
Jalin ikatan; jangan berharap jalinan ini terbentuk secara
ajaib.
4.
Jika hal-hal lain tak berubah, jangan jalin ikatan yang
nanti harus diputuskan lagi.
5.
Jika hal-hal lain tidak berubah, jangan menjalin dua atau
tiga ikatan apabila satu saja sudah cukup.
6.
Jika hal-hal lain tak berubah, bentuklah ikatan dengan cara
yang membuat mereka mesti bertindak.
7.
Krenanya dukunglah situasi yang ditawarkan oleh kehidupan
itu sendiri, dan dukunglah respons yang dituntut oleh kehidupan itu.
EVALUASI TEORI THORNDIKE
Kontribusi
Thorndike menemukan dan mengembangkan fenomena belajar trial-and-error dan transfer training,
misalnya yang akan mendefinisikan domain teori belajar untuk masa-masa
berikutnya. Dengan hukum efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang
mengamati, dalam kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan
menghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku.
Dalam
kajian transfer trainingnya, Thorndike adalah orang pertama yang mempertanyakan
asumsi umum tentang praktik pendidikan pada saat itu (disiplin formal) dan dia
dapat dianggap sebagai behavioris awal, gagasannya tentang prapotensi elemen
dan respons dengan analogi telah membantu munculnya benih teori belajar
kognitif kontemporer.
Kritik
Kritik penting terhadap teori Thorndike; pertama, berkaitan
dengan definisi unsur pemuas (satisfier)
dalam hukum efek. Yang kedua, juga berkaitan dengan hukum efek, adalah soal
definisi yang terlalu mekanistik atas teori belajar.
0 komentar:
Posting Komentar