Senin, 17 Maret 2014

RINGKASAN BUKU THEORIES OF LEARNING BAB 4



RINGKASAN

Judul Buku        :  Theories of Lerning, 7th edition
Pengarang         : B.R. Hergenhahn, Matthew H. Olson



DIMAS PANDHU NARASANDI
5101413030
nuanza-ok.blogspot.com
 

Bab 4
Edward Lee Thorndike
Edward Lee Thorndike (1871-1949) adalah ahli teori belajar terbesar sepanjang masa. Dia bukan hanya merintis karya besar dalam teori belajar tetapi juga dalam bidang psikologi pendidikan, perilaku verbal, psikologi komparatif, uji kecerdasan, problem nature, transfer training, dan aplikasi pengukuran kuantitatif untuk problem sosiopsikologis. Thorndike memulai proyek yang disebut belakangan ini, dan juga proyek lainya, saat dia sudah berusia lebih dari 60 tahun.
Produktivitas ilmiah Thorndike hampir sulit dipercaya. Pada saat dia meninggal pada 1949, biografinya mencakup 507 buku, monograf, dan artikel jurnal. Thorndike lahir pada 1874 di Williamsburg, Massachusetts, putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia sekolah di Wesleyan Universiy, pada saat itu dia membaca karya William James, Principles of Psychology (1890), dan amat tertarik denganya.
Setelah dua tahun di Havard, dimana Thorndike mendapat nafkah dengan mengajar mahasiswa, dia mendapat beasiswa untuk studi di Columbia di bawah bimbingan James McKeen Cattell.

RISET HEWAN SEBELUM THORNDIKE
Darwin yang menunjukan bahwa manusia dan manusia adalah sama dalam hampir semua aspeknya: secara anatomis, emosional, dan kognitif. The Expression of Emotions Man and Animals karya Darwin (1872). Tak lama setelah Darwin memublikasikan bukunya itu, sahabatnya, George John Romanes (1848-1894) memublikasikan buku Animal Intelliegence(1882), Mental Evolutioin in Animals (1884) dan Mental Evolution in Man (1885).
Margaret Floy Washburn (1871-1939), wanita pertama yang meraih gelar Ph.D bidang psikologi, membawa studi non manusia selangkah lebih dekat ke laboratorium. Buku Wasburn, The Animal Mind, pertama kali terbit pada 1908, dan edisi barunya terbit secara reguler sampai 1936.

KONSEP TEORETIS UTAMA
Koneksionisme
Thorndike menyebut asosiasi antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan/kaitan atau koneksi. Pendekatan Thorndike penekananya pada aspek fungsional dari perilaku terutama dipengaruhi oleh Darwin. Teori Thorndike bisa dipahami sebagai kombinasi dari asosanisme, Darwinisme, dan metode ilmiah.

Pemilihan dan Pengaitan
Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial-and-eror learning, atau yang disebutnya sebagai selecting and connecting. Thorndike secara konsisten mencatat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah menurun secara sistematis seiring dengan bertambahnya upaya percobaan yang dilakukan hewan; artinya semakin banyak kesempatan yang dimiliki hewan, semakin cepat ia akan memecahkan masalah.

Belajar adalah Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertian Mendalam (Insightful)
Dengan mencatat penurunan gradual dalam waktu untuk mendapatkan solusi sebagai fungsi percobaan suksesif, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental (bertahap), bukan insightful (langsung ke pengertian). Dia mencatat bahwa jika belajar adalah insightful, grafik akanmenunjukan waktu untuk mencapai solusi tampak relatif stabil dan tinggi pada saat jewan dalam keadaan belum belajar. Berdasarkan risetnya Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran.

Hukum Kesiapan
Law of readiness (hukum kesiapan) yang dikemukakan dalam bukunya uang berjudul The Original Nature of  Man (Thorndike, 1930), mengandung tiga bagian:
1.       Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan , maka penyaluran denganya akan memuaskan.
2.       Apabila satu unit konduksi siap untuk menyalurkan, maka tidak menyalurkannya akan menjengkelkan.
3.       Apabila satu unit konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa untuk menyalurkan,  maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan.

Hukum Latihan
Sebelum 1930, teori Thorndike mencakup hukum law of exercise, yang terdiri dari dua bagian:
1.       Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai.
2.       Koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai.

Hukum Efek
Law of effect (hukum efek), yang digagasnya sebelum tahun 1930, adalah penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respons sebagai akibat dari konsekuensi dari respons. Jika suatu respons diikuti dengan keaddan yang memuaskan, kekuatan koneksi itu aka bertambah, begitu pula sebaliknya.

KONSEP SEKUNDER SEBELUM 1930
Sebelum 1930, teori Thorndike mencakup sejumlah ide yang kurang penting ketimbang hukum kesiapan, efek, dan latihan. Konsep sekunder ini antara lain respons berganda, set atau sikap, prapotensi elemen, respons dengan analogi, dan pergeseran asosiatif.

THORNDIKE PASCA 1930
Revisi Hukum Latihan Penggunaan
Thorndike menarik kembali hukum penggunaan atau latihan. Tetapi tetap berpendapat bahwa latihan praktis akan menghasilkan kemajuan kecil dan kurangnya latihan akan menyebabkan naiknya tingkat lupa, karena alasan praktis dia meninggalkan hukum latihan setelah tahun 1930.

Revisi Hukum Efek
Penguatan akan meningkatkan strength of connection, sedangkan hukuman tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap kekuatan koneksi.

Belongingness
Thorndike mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada faktor selain kontinguitas dan hukum efek, yaitu belongingness, artinya sifat-sifat suatu item, yang dalam kasus ini subjek dan katakerja, yang erat hubunganya dengan, atau menjadi bagian integral dari, item yang lain.

Penyebaran Efek
Sesudah tahun 1930, Thorndike menambahkan konsep teoritis lainya, yang disebutnya sebagai penyebaran efek. Selama eksperimennya, Thorndike menemukan bahwa keadaan yang memuaskan tidak hanya menambah probabilitas terulangnya respon yang menghasilkan keadaan yang, memuaskan tersebut. Tetapi juga meningkatkan probabilitas terulangnya rspons yang mengitari respons yang memperkuat itu.
Thorndike juga menemukan bahwa efek ini menghilang jika jaraknya semakin jauh. Dengan kata lain, respons yang diperkuat itu memiliki probabilitas yang paling besar untuk diulangi lagi, kemudian urutan selanjutnya adalah respons yang paling dekat dengan respons yang diperkuat itu, dan kemudian respons yang berada didekatnya, dan begitu seterusnya.
Thorndike telah menemukan konfirmasi tambahan untuk revisi hukum efeknya sebab penguatan bukan hanya meningkatkan probabilitas respons yang diperkuat, tetapi juga meningkatkan probabilitas respons yang ada didekatnya, meskipun respons-respons yang dekat ini dikenai hukuman sebelumnya. Penyebaran efek ini menunjukan sifat belajar yang otomatis dan langsung.

ILMU PENGETAHUAN DAN NILAI MANUSIA
Thorndike dikritik karena ia mengasumsikan determinisme dalam studiperilaku manusia. Para pengkritik mengatakan bahwa mereduksi perilaku manusia menjadi reaksi otomatis terhadap lingkungan akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Thorndike adalah manusia penuh warna yang mengekspresikan opininya tentang berbagai macam topik. Mahasiswa yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Thorndike, disarankan membaca The Sane Positivistic; A Biography of Edward L. Thorndike yang ditulis oleh Geraldine Joncich (1968).

PENDIDIKAN MENURUT THORNDIKE
Thorndike percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari secara alamiah. Menurutnya ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Di banyak tempat pemikiran Thorndike bertentangan dengan gagasan tradisional mengenai pendidikan; kita telah melihat contoh jelas dalam teori elemen identiknya. Thorndike (1912) juga menganggap rendah teknik pengajaran berbentuk ceramah perkuliahan yang saat itu populer (bahkan sampai saat sekarang).
Tujuh aturan Thorndike (1922) dirumuskan untuk pengajaran aritmatika, juga mewakili saran-sarannya untuk pengajaran pada umumnya:
1.       Perhatikan situasi yang dihadapi murid.
2.       Pertimbangkan respons yang ingin anda kaitkan dengan situasi itu.
3.       Jalin ikatan; jangan berharap jalinan ini terbentuk secara ajaib.
4.       Jika hal-hal lain tak berubah, jangan jalin ikatan yang nanti harus diputuskan lagi.
5.       Jika hal-hal lain tidak berubah, jangan menjalin dua atau tiga ikatan apabila satu saja sudah cukup.
6.       Jika hal-hal lain tak berubah, bentuklah ikatan dengan cara yang membuat mereka mesti bertindak.
7.       Krenanya dukunglah situasi yang ditawarkan oleh kehidupan itu sendiri, dan dukunglah respons yang dituntut oleh kehidupan itu.

EVALUASI TEORI THORNDIKE
Kontribusi
Thorndike menemukan dan mengembangkan fenomena belajar trial-and-error dan transfer training, misalnya yang akan mendefinisikan domain teori belajar untuk masa-masa berikutnya. Dengan hukum efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati, dalam kondisi yang terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku.
Dalam kajian transfer trainingnya, Thorndike adalah orang pertama yang mempertanyakan asumsi umum tentang praktik pendidikan pada saat itu (disiplin formal) dan dia dapat dianggap sebagai behavioris awal, gagasannya tentang prapotensi elemen dan respons dengan analogi telah membantu munculnya benih teori belajar kognitif kontemporer.

Kritik
Kritik penting terhadap teori Thorndike; pertama, berkaitan dengan definisi unsur pemuas (satisfier) dalam hukum efek. Yang kedua, juga berkaitan dengan hukum efek, adalah soal definisi yang terlalu mekanistik atas teori belajar.

0 komentar:

Posting Komentar