Senin, 17 Maret 2014

RINGKASAN BUKU THEORIES OF LEARNING BAB 3





RINGKASAN

Judul Buku        :  Theories of Lerning, 7th edition
Pengarang         : B.R. Hergenhahn, Matthew H. Olson



DIMAS PANDHU NARASANDI
5101413030
nuanza-ok.blogspot.com


Bab 3
Gagasan Awal tentang Belajar

E
PISTEMOLOGI 
DAN TEORI BELAJAR
 Epistemology (epistemologi) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. Pandangan Plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetahuan telah memengaruhi kecenderungan filsafat yang masih bertahan sampai sekarang. Plato percaya bahwa pengetahuan adalah diwariskan dan karenanya, merupakan komponen natural dari pikiran manusia.
Menurut Plato, seseorang mendapatkan pengetahuan dengan merenungi isi dari pikiran seseorang. Aristoteles, sebaliknya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan.
Rasionalis, nativis, dan empirisis, ketiga label ini bisa secara akurat diterapkan untuk semua filsuf yang berhubungan dengan persoalan sejarah teori belajar. Rasionalis berpendapat bahwa pikiran harus terlibat aktif dalam pencarian pengetahuan.
Nativis berpendapat bahwa beberapa bakat atau atribut penting adalah diwariskan. Empirisis berpendapat bahwa informasi indrawi adalah basis dari semua pengetahuan dan karena Aristoteles percaya ini maka dia bisa disebut empirisis. Plato dan Aristoteles bisa disebut rasionalis karena mereka menegaskan pentingnya pikiran aktif untuk mendapatkan pengetahuan.

PLATO
Plato (427-347 SM) adalah murid paling terkenal dari filsuf Socrates. Sebenarnya Socrates tidak pernah menulis apapun tentang filsafatnya tetapi ajaranya ditulis oleh Plato. Plato marah ketika Socrates dihukum mati sehingga dia mengasingkan diri ke Italia, dimana dia menjadi diepngaruhi oleh kaum Pythagorean. Kaum ini percaya bahwa alam semesta diatur oleh hubungan –hubungan numerik yang memengaruhi dunia fisik. Menurut penganut Pythagorean, hal yang abstrak memiliki eksistensi yang independen dan mampu memengaruhi objek fisik.

Teori Pengetahuan Kenangan
Menurut Plato, setiap objek di dunia fisik memiliki “ide” atau “bentuk” abstrak yang menyebabkannya. Informasi indrawi hanya menghasilkan opini; ide-ide abstrak itu sendiri adalah satu-satunya basis dari pengetahuan yang benar. Plato mengatakan kita mengalaminya melalui “mata pikiran”. Kita mengarahkan pikiran ke dalam dan merenungi apa-apa yang ada di dalam diri kita.
Semua manusia memiliki jiwa. Sebelum dimasukkan ketubuh pada saat kelahiran, jiwa berada di dalam pengetahuan yang lengkap dan murni. Jadi semuajiwa manusia mengetahui segala sesuatu sebelum masuk ke tubuh. Setelah masuk ketubuh pengetahuan jiwa itu menjadi “terkontaminasi” oleh informasi indrawi.
Menurut Plato, jika manusia menerima apa-apa yang mereka alami lewat indra sebagai kebenaran, mereka hanya akan sampai pada opini dan ketidaktahuan. Jadi semuapengetahuan adalah reminiscence (kenangan).

Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM), salah satu murid Plato, pada awalnya menganut ajaran Plato namun kemudian berbeda pendapat denganya. Dua perbedaan utama antara teori pengetahuan Plato dan Aristoteles.
Petama, hukum, bentuk, atau alam yang dikaji Aristoteles dianggap tidak memiliki eksistensi yang independen dari manifestasi empirisnya, seperti yang diasumsikan Plato. Semeta adalah hubungan-hubungan yang dapat diamati. Kedua, menurut Aristoteles semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman indrawi. Aristoteles berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman indrawi maka dai disebut sebagai empirisis.
Aristoteles menulis sejarah psikologi pertama, yang berjudul De Anima. Dia menulis tentang indra manusia, yang terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan sentuhan.

AWAL PSIKOLOGI MODERN
Rene Descrates (1596-1650) berusaha mengkaji semua penelitian filsafat dengan sikap ragu. Descartes kemudian mempostulatkan pemisahan antara pikiran dan tubuh. Pikiran adalah atribut khas manusia dan pikiran adalah bebas dan dapat menentukan tindakan tubuh. Descartes dapat dianggap sebagai pelopor psikolog stimulus respons.
Ide bawaan merupakan integral dari pikiran, contohnya konsep tentang Tuhandan diri, aksioma geometri, dan ide tentang ruang, waktu, dan gerak.
Thomas Hobbes (1588-1679) berpendapat bahwa kesan indera adalah sumber dari semua pengetahuan.
John Locke (1632-1704) juga menentang gagasan ide-ide bawaan . Menurutnya, pikiran terdiri dari ide, dan ide datang dari pengalaman.
Leibniz (1646-1716) meringkas filsafat Locke:”Tak satupun hal-hal dalam pikiran yang tidak ada lebih dahulu didalam indra, kecuali pikiran itu sendiri.”
George Berkeley (1685-1753) berpendapat bahwa ide-ide adalah satu-satunya hal yang kita alami secara langsung dan karenanya adalah satu-satunya hal yang kita bisa yakini.
David Hume (1711-1776) menambahkan bahwa pikiran tak lebih dari arus ide, memori, imajinasi, asosiasi, dan perasaan.

PENGARUH HISTORIS LAIN TERHADAP TEORI BELAJAR
Thomas Reid (1710-1796) percaya bahwa pikiran memiliki kekuatan sendiri, yang sangat memengaruhi cara kita memandang dunia.
Franz Joseph Gall (1758-1828) mengkaji bentuk tengkorak kepala manusia, Gall dan pengikutnya menganalisis atribut mental dengan memeriksa karakteristik tengkorak kepala yang dinamakan analisis phrenology.
Charles Darwin(1809-1882) mengubah semua pikiran tentang sifat manusia. Manusia kini dilihat sebagai kombinasi dari warisan biologis dan pengalaman hidup.
Herman Ebbinghaus (1850-1909) adalah periset yang amat cermat dan mengulangi eksperimenya selama bertahun-tahun sebelum dia mempublikasikan hasilnya pada 1885. Riset dari Ebbinghaus fokus pada hukum frekuensi yakni semakin sering suatu pengalaman terjadi, semakin mudah pengalaman itu diingat atau dilakukan lagi.
Riset Ebbinghaus menimbulkan revolusi dalam studi proses asosiatf. Alih-alih menyusun hipotesis tentang hukum frekuensi, dia justru menunjukkan bagaimana hukum itu berfungsi. Rbbinghaus membawa “proses mental yang lebih tinggi” ke dalam laboratorium.

MAZHAB PSIKOLOGI AWAL
Voluntarisme
Mazhab psikologi pertama adalah voluntarisme dan aliran ini didirikan oleh Wilhelm Maximillian Wundt(1832-1920), yang mengikuti rasionali Jerman.
Salah satu tujuan ekdperimentalnya adalah menemukan elemen-elemen pikiran, yakni elemen dasar penyusun pemikiran. Elemen pikiran dapat diatur sekehendaknya dalam sejumlah kombinasi, sebuah proses yang oleh Wundt dinamakan creative syhtesis (sintesis kreatif). Karena penekanan Wundt pada kehendak inilah maka alirannya dinamakan voluntarisme.

Strukturalisme
Aliran ini adalah hasil modifikasi dari voluntarisme oleh murid-murid Wundt, kemudian Edward Titchener (1867-1927) mendirikan aliran structuralisme di Cornell University, Amerika Serikat. Voluntarisme dan strukturalisme sama-sama mencari elemen-elemen pikiran. Tetapi strukturalis menekankan kaidah asosiasi yang mengikuti tradisi empirisis. Strukturalisme dalam psikolog ini mati karena makin populernya fungsionalisme.
 
Fungsionalisme
Fungsionalisme juga muncul di AS dan pada awalnya berdampingan dengan strukturalisme. Meskipun keyakinan fungsionalis beragam, penekanan mereka selalu sama dengan kegunaann kesadaran dan perilaku dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Fungsionalis jelas amat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin dengan William James (1842-1910) sebagai pelopornya.
Kontribusi utama fungsionalis untuk teori belajar adalah bahwa mereka mempelajari hubungan kesadaran dengan lingkungan, bukan mempelajarinya sebagai fenomena tersendiri.

Behaviorisme
Pendiri aliran behaviorisme adalah John B.Watson (1878-1958) yang mengatakanbahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses introspeksi, sebuah alat riset yang tidak bisa diandalkan. Poin utama behavioris adalah bahwa perilakulah yang seharusnya dipelajari karena perilaku dapat dikaji secara langsung. Behaviorisme berpengaruh besar terhadap teori belajar di Amerika.

0 komentar:

Posting Komentar