RINGKASAN
Judul Buku : Theories of Lerning, 7th edition
Pengarang : B.R.
Hergenhahn, Matthew H. Olson
DIMAS PANDHU NARASANDI
5101413030
nuanza-ok.blogspot.com
|
Bab 3
Gagasan Awal tentang Belajar
E
|
PISTEMOLOGI
DAN TEORI BELAJAR
Epistemology (epistemologi) adalah cabang filsafat
yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. Pandangan Plato dan Aristoteles
tentang hakikat pengetahuan telah memengaruhi kecenderungan filsafat yang masih
bertahan sampai sekarang. Plato percaya bahwa pengetahuan adalah diwariskan dan
karenanya, merupakan komponen natural dari pikiran manusia.
Menurut
Plato, seseorang mendapatkan pengetahuan dengan merenungi isi dari pikiran
seseorang. Aristoteles, sebaliknya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman
indrawi dan tidak diwariskan.
Rasionalis,
nativis, dan empirisis, ketiga label ini bisa secara akurat diterapkan untuk
semua filsuf yang berhubungan dengan persoalan sejarah teori belajar.
Rasionalis berpendapat bahwa pikiran harus terlibat aktif dalam pencarian
pengetahuan.
Nativis
berpendapat bahwa beberapa bakat atau atribut penting adalah diwariskan.
Empirisis berpendapat bahwa informasi indrawi adalah basis dari semua
pengetahuan dan karena Aristoteles percaya ini maka dia bisa disebut empirisis.
Plato dan Aristoteles bisa disebut rasionalis karena mereka menegaskan
pentingnya pikiran aktif untuk mendapatkan pengetahuan.
PLATO
Plato (427-347 SM) adalah murid paling terkenal dari filsuf
Socrates. Sebenarnya Socrates tidak pernah menulis apapun tentang filsafatnya
tetapi ajaranya ditulis oleh Plato. Plato marah ketika Socrates dihukum mati
sehingga dia mengasingkan diri ke Italia, dimana dia menjadi diepngaruhi oleh
kaum Pythagorean. Kaum ini percaya bahwa alam semesta diatur oleh hubungan
–hubungan numerik yang memengaruhi dunia fisik. Menurut penganut Pythagorean,
hal yang abstrak memiliki eksistensi yang independen dan mampu memengaruhi
objek fisik.
Teori Pengetahuan Kenangan
Menurut Plato, setiap objek di dunia fisik memiliki “ide”
atau “bentuk” abstrak yang menyebabkannya. Informasi indrawi hanya menghasilkan
opini; ide-ide abstrak itu sendiri adalah satu-satunya basis dari pengetahuan
yang benar. Plato mengatakan kita mengalaminya melalui “mata pikiran”. Kita
mengarahkan pikiran ke dalam dan merenungi apa-apa yang ada di dalam diri kita.
Semua
manusia memiliki jiwa. Sebelum dimasukkan ketubuh pada saat kelahiran, jiwa
berada di dalam pengetahuan yang lengkap dan murni. Jadi semuajiwa manusia
mengetahui segala sesuatu sebelum masuk ke tubuh. Setelah masuk ketubuh
pengetahuan jiwa itu menjadi “terkontaminasi” oleh informasi indrawi.
Menurut
Plato, jika manusia menerima apa-apa yang mereka alami lewat indra sebagai
kebenaran, mereka hanya akan sampai pada opini dan ketidaktahuan. Jadi
semuapengetahuan adalah reminiscence
(kenangan).
Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM), salah satu murid Plato, pada
awalnya menganut ajaran Plato namun kemudian berbeda pendapat denganya. Dua
perbedaan utama antara teori pengetahuan Plato dan Aristoteles.
Petama,
hukum, bentuk, atau alam yang dikaji Aristoteles dianggap tidak memiliki
eksistensi yang independen dari manifestasi empirisnya, seperti yang
diasumsikan Plato. Semeta adalah hubungan-hubungan yang dapat diamati. Kedua,
menurut Aristoteles semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman indrawi.
Aristoteles berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman indrawi maka
dai disebut sebagai empirisis.
Aristoteles
menulis sejarah psikologi pertama, yang berjudul De Anima. Dia menulis tentang
indra manusia, yang terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
sentuhan.
AWAL PSIKOLOGI MODERN
Rene Descrates (1596-1650) berusaha mengkaji semua
penelitian filsafat dengan sikap ragu. Descartes kemudian mempostulatkan
pemisahan antara pikiran dan tubuh. Pikiran adalah atribut khas manusia dan
pikiran adalah bebas dan dapat menentukan tindakan tubuh. Descartes dapat
dianggap sebagai pelopor psikolog stimulus respons.
Ide bawaan
merupakan integral dari pikiran, contohnya konsep tentang Tuhandan diri,
aksioma geometri, dan ide tentang ruang, waktu, dan gerak.
Thomas
Hobbes (1588-1679) berpendapat bahwa kesan indera adalah sumber dari semua
pengetahuan.
John Locke
(1632-1704) juga menentang gagasan ide-ide bawaan . Menurutnya, pikiran terdiri
dari ide, dan ide datang dari pengalaman.
Leibniz
(1646-1716) meringkas filsafat Locke:”Tak satupun hal-hal dalam pikiran yang
tidak ada lebih dahulu didalam indra, kecuali pikiran itu sendiri.”
George
Berkeley (1685-1753) berpendapat bahwa ide-ide adalah satu-satunya hal yang
kita alami secara langsung dan karenanya adalah satu-satunya hal yang kita bisa
yakini.
David Hume
(1711-1776) menambahkan bahwa pikiran tak lebih dari arus ide, memori,
imajinasi, asosiasi, dan perasaan.
PENGARUH HISTORIS LAIN TERHADAP TEORI BELAJAR
Thomas Reid (1710-1796) percaya bahwa pikiran memiliki
kekuatan sendiri, yang sangat memengaruhi cara kita memandang dunia.
Franz
Joseph Gall (1758-1828) mengkaji bentuk tengkorak kepala manusia, Gall dan
pengikutnya menganalisis atribut mental dengan memeriksa karakteristik
tengkorak kepala yang dinamakan analisis phrenology.
Charles
Darwin(1809-1882) mengubah semua pikiran tentang sifat manusia. Manusia kini
dilihat sebagai kombinasi dari warisan biologis dan pengalaman hidup.
Herman
Ebbinghaus (1850-1909) adalah periset yang amat cermat dan mengulangi
eksperimenya selama bertahun-tahun sebelum dia mempublikasikan hasilnya pada
1885. Riset dari Ebbinghaus fokus pada hukum frekuensi yakni semakin sering
suatu pengalaman terjadi, semakin mudah pengalaman itu diingat atau dilakukan
lagi.
Riset
Ebbinghaus menimbulkan revolusi dalam studi proses asosiatf. Alih-alih menyusun
hipotesis tentang hukum frekuensi, dia justru menunjukkan bagaimana hukum itu
berfungsi. Rbbinghaus membawa “proses mental yang lebih tinggi” ke dalam
laboratorium.
MAZHAB PSIKOLOGI AWAL
Voluntarisme
Mazhab psikologi pertama adalah voluntarisme dan aliran ini
didirikan oleh Wilhelm Maximillian Wundt(1832-1920), yang mengikuti rasionali
Jerman.
Salah satu tujuan ekdperimentalnya adalah menemukan
elemen-elemen pikiran, yakni elemen dasar penyusun pemikiran. Elemen pikiran
dapat diatur sekehendaknya dalam sejumlah kombinasi, sebuah proses yang oleh
Wundt dinamakan creative syhtesis
(sintesis kreatif). Karena penekanan Wundt pada kehendak inilah maka alirannya
dinamakan voluntarisme.
Strukturalisme
Aliran ini adalah hasil modifikasi dari voluntarisme oleh
murid-murid Wundt, kemudian Edward Titchener (1867-1927) mendirikan aliran
structuralisme di Cornell University, Amerika Serikat. Voluntarisme dan
strukturalisme sama-sama mencari elemen-elemen pikiran. Tetapi strukturalis
menekankan kaidah asosiasi yang mengikuti tradisi empirisis. Strukturalisme
dalam psikolog ini mati karena makin populernya fungsionalisme.
Fungsionalisme
Fungsionalisme juga muncul di AS dan pada awalnya
berdampingan dengan strukturalisme. Meskipun keyakinan fungsionalis beragam,
penekanan mereka selalu sama dengan kegunaann kesadaran dan perilaku dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Fungsionalis jelas amat dipengaruhi
oleh teori evolusi Darwin dengan William James (1842-1910) sebagai pelopornya.
Kontribusi utama fungsionalis untuk teori belajar adalah
bahwa mereka mempelajari hubungan kesadaran dengan lingkungan, bukan
mempelajarinya sebagai fenomena tersendiri.
Behaviorisme
Pendiri aliran behaviorisme adalah John B.Watson (1878-1958)
yang mengatakanbahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses
introspeksi, sebuah alat riset yang tidak bisa diandalkan. Poin utama
behavioris adalah bahwa perilakulah yang seharusnya dipelajari karena perilaku
dapat dikaji secara langsung. Behaviorisme berpengaruh besar terhadap teori
belajar di Amerika.
0 komentar:
Posting Komentar