Judul Buku : Theories of Lerning, 7th edition
Pengarang : B.R.
Hergenhahn, Matthew H. Olson
|
Bab 2
Pendekatan untuk Studi tentang Belajar
S
|
aat
kita mengkaji belajar, kita mengamati perilaku atau tindakan, dan berdasarkan
pengamatan ini kita menyimpulkan tipe belajar tertentu yang telah terjadi atau
yang tak terjadi. Sulitnya melakukan pengamatan langsung inilah yang
menimbulkan begitu banyak pendekatan studi. Misalnya, beberapa pihak menyatakan
bahwatempat terbaik untuk mengkaji belajar adalah dilapangan (dalam kenyataan)
bukan dilaboratorium.
Metode
mempelajari fenomena saat fenomena itu terjadi secara alamiah dinamakan naturalistic observation (observasi
naturalistik). Dengan teknik ini, kita melakukan observasi atau pengamatan
secara mendetail dan membuat catatan atas apa-apa yang tengah dikaji.
Tetapi ada
dua kekurangan utama dalam pendekatan observasi naturalistis ini. Pertama,
karena situasi kelas sangatlah kompleks maka sulit untuk mengamati dan mencatat
dengan akurat. Kedua, ada kecenderungan untuk mengklasifikasi peristiwa ke
dalam bagian-bagian yang mungkin terlalu komprehensif.
Para psikolog harus lebih teliti untuk menemukan berbagai hukum atau kaidah
yang beroperasi didalam situasi belajar, dan upaya untuk menemukan hukum ini biasanya
membutuhkan eksperimentasi.
Observasi naturalistis mungkin penting untuk mengisolasi
kelompok-kelompok kejadian untuk keperluanstudi lebih lanjut, namun ini
kemudian harus direduksi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil untuk
analisis lebih lanjut. Pendekatan semacam ini dinamakan elementism.
STUDI SISTEMATIS TERHADAP BELAJAR
Di masa modern, bagiandari psikologi yang membahas proses
belajar telah menjadi makin ilmiah (scientific).
Apakah Ilmu Pengetahuan (Sains) Itu?
Menurut Hergenhan dan Olson (2003),
Science (Ilmu Pengetahuan Ilmiah) mengombinasikan dua pandangan
filsafat kuno tentang asal usul pengetahuan. Salah satunya, yang
dinamakanrasionalisme, menyatakan bahwa seseorang mendapatkan pengetahuan
dengan menggunakanpikiran, ataudengan kata lain dengan berpikir, menalar dan
menggunakanlogika. Pandangan yang
Kedua,
dinamakan empirisme, menyatakan bahwa pengalaman indrawi adalah basis dari
semua pengetahuan. Jadi rasionalis menekankan pada operasi mental sedangkan
empiris menyamakan pengetahuan dengan pengalaman.
Aspek – aspek Teori
Dalam dunia pengetahuan ilmiah, emprisme dan rasionalisme
menyatu dalam scientific theory
(teori ilmiah) (Hergenhan & Olson, 2003). Teori ilmiah mengandung dua aspek
penting.
Petama,
sebuah teori memiliki formalaspect
(aspek formal), yang mencakup kata da simbol yang ada di dalam teori. Kedua,
sebuah teori memiliki empirical aspect
(aspek empiris), yang terdiri dari periatiwa-peristiwa fisik yang hendak
dijelaskan oleh teori itu.
“Semua
proses belajar tergantung pada niat” mungkin masuk akal secara formal tapi
tidak menjelaskan secara akurat mengenai proses belajar itu.Maksudnya adalah
sebuah teori boleh terdengar valid, tetapi tidak mengandung makna ilmiah
kecuali ia mampu bertahan dalam menghadapi ujian eksperimental yang ketat.
Kebanyakan
psikolog sepakat bahwa astrologi adalah sistem formal yang sudah berkembang
baik, namun tidak berkaitan dengan kejadian empiris aktual. Stanovich (2001)
mengatakan : Sebuah teori dalam ilmu pengetahuan dalah seperangkat konsep yang saling
terkait yang digunakan untukmenjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat
prediksi tentang hasil dari suat kegiatan eksperimen di masa depan.
Scientific law (kaidah ilmiah) dapat didefinisikan
sebagai hubungan yang konsisten antara dua atau lebih kelompok kejadian yang
terlihat. Semua ilmu pengetahuan ilmiah berusaha mengungkap kaidah atau hukum
tersebut.
Dari Riset Hingga Teori
Untuk contoh umum dari penggunaan teori dalam psikologi,
kita dapat merujuk ke riset yang meneliti hubungan antara penyingkiran antara
penyingkiran makanan dan tingkat belajar, dengan makanan sebagai penguat.
Seorang periset menemukan bahwa ketika hewan tidak di beri makan dalam waktu
yang lebih lama, proses belajar terjadi dengan lebih cepat. Artinya, hewan yang
makanannya disingkirkan dalam waktu yang paling lama akan belajar belok ke kiri
(arah makanan) dengan paling cepat.
Tujuan ilmu
pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum (hubungan yang teramati antar
kejadian), penelitian ilmiah tak cukup hanya dengan mengamati dan mencatat
ratusan atau mungkin bahakan ribuan hubungan empiris. Ilmuwan biasanya
berusahamemahami suatu hukum yang mereka temukan; artinya, mereka mencoba
mengelompokannya secara koheren. Pengelompokan ini memiliki dua fungsi: (1) synthesizing function (fungsi sintesis),
yang berusaha menjelaskan secara sistematis sejumlah besar observasi dan (2) heuristic function (fungsi heuristik)
yang menunjukkan jalan ke riset selanjutnya.
Periset
menyimpulkan bahwa deprivasi akan meningkatkan dorongan atau hasrat, dan
hewandengan hasrat yang tinggi akan belajar lebih cepat.
Teori sebagai Alat
Jika sebuah teori menjelaskan berbagai observasi, dan jika
teori memicu riset lanjutan, maka teori itu bagus. Jika ia gagal dalam satu
dari kedua hal itu, maka periset mungkin akan melakukan riset lagi untuk
menemukan teori baru.
Jika sebuah
hipotesis yang dihasilkan oleh sebuah teori bisa dikonfirmasi atau diterima,
maka teori itu akan makin kuat. Jika hipotesis yang dihasilkan dari teori itu
tertolak, maka teori itu akan menjadi lemah dan harus direvisi atau
ditinggalkan. Jadi, kita melihat bahwa teori harus terus-menerus menghasilkan
hipotesis dasar yang mungkin membuktikan bahwa teori itu tidak efektif.
Prinsip Parsimoni
Ketika dua teori yang sama-sama efektif dapat menjelaskan
fenomena yang sama, tetapi salah satu penjelasanya adalah lebih sederhana dan
yang satunya lagi lebih kompleks, maka kita harus menggunakan penjelasan yang
lebih sederhana.
Ringkasan Karakteristik Teori Ilmiah
1.
Teori mensintesiskan sejumlah observasi
2.
Teori yang baik bersifat heuristik; artinya bisa menimbulkan
riset baru.
3.
Teori harus menghasilkan hipotesis yang dapat diverifikasi
secara empiris.
4. Teori adalah alat dan karenanya tidak bisa dikatakan salah
atau benar, ia bisa dikatakan berguna atau tidak berguna.
5. Teori dipilih berdasarkan hukum parsimoni: Dari dua teori
yang sama-sama efektif, yang lebih sederhanalah yang harus dipilih.
6.
Teori memuat asbtraksi, seperti angka atau kata, yang
merupakan aspek formal dari teori.
7. Aspek formal dari suatu teori harus dikorelasikan dengan
kejadian yang dapat diamati, yang merupakan aspek empiris dari suatu teori.
8. Semua teori adalah usaha untuk menjelaskan kejadian empiris,
dan karenanya harus diawali dan diakhiri dengan observasi empiris.
EKSPERIMEN BELAJAR
Jalanya teori ke riset; Pertama, kita harus menjelaskan
sebuah pokok persoalan (subject matter).
Ini biasanya berbentuk definisi umum tentang belajar atau deskripsi umum
tentang fenomena yang dikaji.Kita harus mengubah pernyataan teoritis tentang
proses belajar dalam term aktivitas atau pelaksanaan eksperimental yang dapat
diidentifikasi dan dapat diulang. Ini dinamakan operational definition. Setelah
periset secara operasional mendefinisikan istilah teoritisnya, mereka siap
untuk bereksperimen.
Setiap
eksperimen melibatkan sesuatu yang perubahannya diukur, yakni dependent
variable (variabel terikat), dan sesuatu yang dikontrol atau dimanipulasi oleh
eksperimenter untuk melihat efeknya terhadap variabel terkait itu, yakni
independent variable (variabel lepas atau bebas).
Keputusan Arbiter dalam Menentukan Eksperimen Belajar
Ilmuwan sering sangat emosional, sangat subjektif, dan
kebenaran yang mereka temukan bersifat dinamis dan probabilistik. Karakteristik
ini bisa dilihat dalam jumlah keputusan arbitrer dalam menentukan setiap
eksperimen belajar. Jumlah keputusan arbitrer ini akan diringkas dibawah ini :
1. Aspek Apa
dari Proses Belajar yang Harus Diteliti? Aspek yang harus diteliti tentu saja
sebagian ditentukan oleh teori tentang belajar yang dianut seseorang. Suatu
teori belajar bertujuan menentukan kondisi-kondisi tempat proses belajar
berlangsung, pemilihan kondisi yang akan diinvestigasi akan ditentukan sendiri
oleh eksperimenter.
2. Teknik
Idiografis vs. Nomotetis Skinner menggunakan teknik idiografis, dan Hull menggunakan
teknik nomotetis.
3. Subjek
Manusia vs. Subjek Hewan Nonmanusia. Ada banyak alasan kenapa periset memilih
menggunakan non manusia meski pilihan ini menimbulkan sejumlah kesulitan.
1.
Sejarah belajar subjek nonmanusia dapat dikontrol lebih
mudah.
2.
Subjek nonmanusia tidak akan mengeluh
3. Dengan menggunakan subjek non manusia, latarbelakang genetik
dari subjek tersebut dapat dimanipulasi secara sistematis.
4.
Hubungan antara obat tertentu dengan proses belajar dapat
diteliti pada subjek non manusia.
5.
Berbagai teknik pembedahan dapat dipakai untuk subjek
nonmanusia
6.
Hewan selalu bisa dikendalikan.
Teknik Korelasi vs. Teknik Eksperimental.
Beberapa periset mungkin menggunakan correlational technique. Periset lainya menggunakan experimental techniques. Pengambilan
kedua pendekatan ini akan tergantung pada prefensi risetnya.
1. Mengkaji
Variabel Bebas
2. Seberapa Banyak Level Bebas yang akan Diteliti
3.
Memilih Variabel Bebas
4. Menganalisis dan Interprestasi Data
PENGGUNAAN MODEL
Random
House Dictionary of the English Language mendefinisikan analogy sebagai
“kemiripan parsial antara ciri-ciri yang serupa dari dua hal, yang bisa
disajikan dasar perbandingan”.
Pada
tahun-tahun belakangan ini, psikologi pemrosesan informasi telah menggunakan
komputer sebagai model dalam studi proses intelektual manusia. Banyak psikolog
pemrosesan informasi menyatakan bahwa komputer dan manusia adalah analog karena
keduanya menerima informasi (input)
dari lingkungan, memroses informasi itu dengan menggunakan beberapa cara, dan
kemudian bertindak berdasarkan informasi itu (out put). Akan tetapi, tidak semua psikolog pemrosesan informasi
menganggap bahwa komputer adalah model yang berguna untuk mempelajari proses
kognitif manusia. Model dipakai untuk menunjukan bagaimana sesuatu itu seperti
sesuatu yang lain.
Teoripenguatan
adalah usaha untuk menerangkan mengapa proses belajar terjadi. Namun berbeda
dengan model, teori tidak berusaha menunjukan seperti apakah belajar itu.
BELAJAR DALAM LABORATORIUM VERSUS OBSERVASI NATURALISTIS
Beberapa
periset berpendapat bahwa yang paling baik adalah mengombinasikan observasi
naturalistis dan percobaan laboratorium. Artinya, kita dapat melakukan
observasi awal disuatu lapangan, mengkajinya secara lebih mendetail di
laboratorium, dan kemudian mengamati fenomena itu lagi di lapangan dengan
pemahaman yang lebih besar yang diperoleh dari percobaan di laboratorium.
PANDANGAN KUHN TENTANG BAGAIMANA ILMU PENGETAHUAN BERUBAH
Dalam buku The
Structure of Scientific Revolutions yang trbit pada 1973, Thomas Kuhn
(1922-1996) menyajikan pandangan yang berbeda mengenai ilmu pengetahuan.
Menurut Kuhn, Ilmuwan yang bekerja di bidang tertentu biasanya menerima sudut
pandang tertentu tentang apa-apa yang sedang dipelajari.
Paradigma
adalah cara memandang suatu subjek yang menjelaskan problem tertentu dan
menunjukan cara pemecahan problem itu. Kuhn menyebut aktivitas pemecahan
masalah dari ilmuwan yang mengikuti suatu paradigma sebagai normal science ( ilmu pengetahuan
normal). Menurut Kuhn (1973), ilmuwan yang mengikuti paradigma tertentu, yakni
mereka yang terlibat dalam ilmu pengetahuan normal, hanya memberikan semacam “mop-up operation” (operasi
pembersihan).
Menurut
Kuhn, inovasi dalam ilmu pengetahuan terjadi jika ilmuwan yang mengikuti
paradigma tertentu terus-menerus berhadapan dengan kejadian yang tidak sesuai
dengan sudut pandang yang mereka anut. Penggantian teori Newton dengan teori
Einstein adalah salah satu contoh dari penggusuran paradigma lama ke paradigma
baru, dan penggantian gagasan religius tentang penciptaan manusia oleh teori
evolusi Darwin adalah contoh lainnya.
PANDANGAN POPPER TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan dianggap berkaitan dengan observasi
empurus, pembentukan teori, pengujian teori, revisi teori, dan pencarian kaidah
hubungan tertentu. Menurut Pooper (1963), aktivitas keilmuan ilmiah tidak
berawal dengan observasi empiris, namun ia berawal dengan adanya problem.
Menurut
Popper, problem akan menentukan observasi mana yang akan dilakukan oleh
ilmuwan. Teori Ilmiah adalah solusi atas problem. Sebuah teori ilmiah harus
memberikan prediksi spesifiktentang apa yang akan terjadi dalam situasi
tertentu. Teori relativitas
Einstein
memberikan prediksi yang berisiko, yakni bahwa ketika objek mendekati kecepatan
cahaya, objek itu akan berkurang ukuranya dan meningkat massanya.