Rangkuman Theories of Learning

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Teori-Teori Tentang Belajar

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Riset Menuju Proses Pembelajaran Modern

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pengaplikasian Metode Belajar

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pertanyaan yang Belum Terjawab

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 17 Maret 2014

RINGKASAN BUKU THEORIES OF LEARNING BAB 2


RINGKASAN

Judul Buku        :  Theories of Lerning, 7th edition
Pengarang         : B.R. Hergenhahn, Matthew H. Olson



DIMAS PANDHU NARASANDI
5101413030
nuanza-ok.blogspot.com
 
Bab 2
Pendekatan untuk Studi tentang Belajar
S
aat kita mengkaji belajar, kita mengamati perilaku atau tindakan, dan berdasarkan pengamatan ini kita menyimpulkan tipe belajar tertentu yang telah terjadi atau yang tak terjadi. Sulitnya melakukan pengamatan langsung inilah yang menimbulkan begitu banyak pendekatan studi. Misalnya, beberapa pihak menyatakan bahwatempat terbaik untuk mengkaji belajar adalah dilapangan (dalam kenyataan) bukan dilaboratorium.
Metode mempelajari fenomena saat fenomena itu terjadi secara alamiah dinamakan naturalistic observation (observasi naturalistik). Dengan teknik ini, kita melakukan observasi atau pengamatan secara mendetail dan membuat catatan atas apa-apa yang tengah dikaji.
Tetapi ada dua kekurangan utama dalam pendekatan observasi naturalistis ini. Pertama, karena situasi kelas sangatlah kompleks maka sulit untuk mengamati dan mencatat dengan akurat. Kedua, ada kecenderungan untuk mengklasifikasi peristiwa ke dalam bagian-bagian yang mungkin terlalu komprehensif. Para psikolog harus lebih teliti untuk menemukan berbagai hukum atau kaidah yang beroperasi didalam situasi belajar, dan upaya untuk menemukan hukum ini biasanya membutuhkan eksperimentasi.
Observasi naturalistis mungkin penting untuk mengisolasi kelompok-kelompok kejadian untuk keperluanstudi lebih lanjut, namun ini kemudian harus direduksi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil untuk analisis lebih lanjut. Pendekatan semacam ini dinamakan elementism.

STUDI SISTEMATIS TERHADAP BELAJAR
Di masa modern, bagiandari psikologi yang membahas proses belajar telah menjadi makin ilmiah (scientific).
Apakah Ilmu Pengetahuan (Sains) Itu?
Menurut Hergenhan dan Olson (2003),
Science (Ilmu Pengetahuan Ilmiah) mengombinasikan dua pandangan filsafat kuno tentang asal usul pengetahuan. Salah satunya, yang dinamakanrasionalisme, menyatakan bahwa seseorang mendapatkan pengetahuan dengan menggunakanpikiran, ataudengan kata lain dengan berpikir, menalar dan menggunakanlogika. Pandangan yang
Kedua, dinamakan empirisme, menyatakan bahwa pengalaman indrawi adalah basis dari semua pengetahuan. Jadi rasionalis menekankan pada operasi mental sedangkan empiris menyamakan pengetahuan dengan pengalaman.

Aspek – aspek Teori
Dalam dunia pengetahuan ilmiah, emprisme dan rasionalisme menyatu dalam scientific theory (teori ilmiah) (Hergenhan & Olson, 2003). Teori ilmiah mengandung dua aspek penting.
Petama, sebuah teori memiliki formalaspect (aspek formal), yang mencakup kata da simbol yang ada di dalam teori. Kedua, sebuah teori memiliki empirical aspect (aspek empiris), yang terdiri dari periatiwa-peristiwa fisik yang hendak dijelaskan oleh teori itu.
“Semua proses belajar tergantung pada niat” mungkin masuk akal secara formal tapi tidak menjelaskan secara akurat mengenai proses belajar itu.Maksudnya adalah sebuah teori boleh terdengar valid, tetapi tidak mengandung makna ilmiah kecuali ia mampu bertahan dalam menghadapi ujian eksperimental yang ketat.
Kebanyakan psikolog sepakat bahwa astrologi adalah sistem formal yang sudah berkembang baik, namun tidak berkaitan dengan kejadian empiris aktual. Stanovich (2001) mengatakan : Sebuah teori dalam ilmu pengetahuan dalah seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untukmenjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suat kegiatan eksperimen di masa depan.
Scientific law (kaidah ilmiah) dapat didefinisikan sebagai hubungan yang konsisten antara dua atau lebih kelompok kejadian yang terlihat. Semua ilmu pengetahuan ilmiah berusaha mengungkap kaidah atau hukum tersebut.

Dari Riset Hingga Teori
Untuk contoh umum dari penggunaan teori dalam psikologi, kita dapat merujuk ke riset yang meneliti hubungan antara penyingkiran antara penyingkiran makanan dan tingkat belajar, dengan makanan sebagai penguat. Seorang periset menemukan bahwa ketika hewan tidak di beri makan dalam waktu yang lebih lama, proses belajar terjadi dengan lebih cepat. Artinya, hewan yang makanannya disingkirkan dalam waktu yang paling lama akan belajar belok ke kiri (arah makanan) dengan paling cepat.
Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum (hubungan yang teramati antar kejadian), penelitian ilmiah tak cukup hanya dengan mengamati dan mencatat ratusan atau mungkin bahakan ribuan hubungan empiris. Ilmuwan biasanya berusahamemahami suatu hukum yang mereka temukan; artinya, mereka mencoba mengelompokannya secara koheren. Pengelompokan ini memiliki dua fungsi: (1) synthesizing function (fungsi sintesis), yang berusaha menjelaskan secara sistematis sejumlah besar observasi dan (2) heuristic function (fungsi heuristik) yang menunjukkan jalan ke riset selanjutnya. 
Periset menyimpulkan bahwa deprivasi akan meningkatkan dorongan atau hasrat, dan hewandengan hasrat yang tinggi akan belajar lebih cepat.

Teori sebagai Alat
Jika sebuah teori menjelaskan berbagai observasi, dan jika teori memicu riset lanjutan, maka teori itu bagus. Jika ia gagal dalam satu dari kedua hal itu, maka periset mungkin akan melakukan riset lagi untuk menemukan teori baru.
Jika sebuah hipotesis yang dihasilkan oleh sebuah teori bisa dikonfirmasi atau diterima, maka teori itu akan makin kuat. Jika hipotesis yang dihasilkan dari teori itu tertolak, maka teori itu akan menjadi lemah dan harus direvisi atau ditinggalkan. Jadi, kita melihat bahwa teori harus terus-menerus menghasilkan hipotesis dasar yang mungkin membuktikan bahwa teori itu tidak efektif.

Prinsip Parsimoni
Ketika dua teori yang sama-sama efektif dapat menjelaskan fenomena yang sama, tetapi salah satu penjelasanya adalah lebih sederhana dan yang satunya lagi lebih kompleks, maka kita harus menggunakan penjelasan yang lebih sederhana.
Ringkasan Karakteristik Teori Ilmiah
1.       Teori mensintesiskan sejumlah observasi
2.       Teori yang baik bersifat heuristik; artinya bisa menimbulkan riset baru.
3.       Teori harus menghasilkan hipotesis yang dapat diverifikasi secara empiris.
4.    Teori adalah alat dan karenanya tidak bisa dikatakan salah atau benar, ia bisa dikatakan berguna atau tidak berguna.
5.    Teori dipilih berdasarkan hukum parsimoni: Dari dua teori yang sama-sama efektif, yang lebih sederhanalah yang harus dipilih.
6.       Teori memuat asbtraksi, seperti angka atau kata, yang merupakan aspek formal dari teori.
7.     Aspek formal dari suatu teori harus dikorelasikan dengan kejadian yang dapat diamati, yang merupakan aspek empiris dari suatu teori.
8.   Semua teori adalah usaha untuk menjelaskan kejadian empiris, dan karenanya harus diawali dan diakhiri dengan observasi empiris.

EKSPERIMEN BELAJAR
Jalanya teori ke riset; Pertama, kita harus menjelaskan sebuah pokok persoalan (subject matter). Ini biasanya berbentuk definisi umum tentang belajar atau deskripsi umum tentang fenomena yang dikaji.Kita harus mengubah pernyataan teoritis tentang proses belajar dalam term aktivitas atau pelaksanaan eksperimental yang dapat diidentifikasi dan dapat diulang. Ini dinamakan operational definition. Setelah periset secara operasional mendefinisikan istilah teoritisnya, mereka siap untuk bereksperimen.
Setiap eksperimen melibatkan sesuatu yang perubahannya diukur, yakni dependent variable (variabel terikat), dan sesuatu yang dikontrol atau dimanipulasi oleh eksperimenter untuk melihat efeknya terhadap variabel terkait itu, yakni independent variable (variabel lepas atau bebas).

Keputusan Arbiter dalam Menentukan Eksperimen Belajar
Ilmuwan sering sangat emosional, sangat subjektif, dan kebenaran yang mereka temukan bersifat dinamis dan probabilistik. Karakteristik ini bisa dilihat dalam jumlah keputusan arbitrer dalam menentukan setiap eksperimen belajar. Jumlah keputusan arbitrer ini akan diringkas dibawah ini :
1. Aspek Apa dari Proses Belajar yang Harus Diteliti? Aspek yang harus diteliti tentu saja sebagian ditentukan oleh teori tentang belajar yang dianut seseorang. Suatu teori belajar bertujuan menentukan kondisi-kondisi tempat proses belajar berlangsung, pemilihan kondisi yang akan diinvestigasi akan ditentukan sendiri oleh eksperimenter.
2. Teknik Idiografis vs. Nomotetis Skinner menggunakan teknik idiografis, dan Hull menggunakan teknik nomotetis.
3. Subjek Manusia vs. Subjek Hewan Nonmanusia. Ada banyak alasan kenapa periset memilih menggunakan non manusia meski pilihan ini menimbulkan sejumlah kesulitan.
1.         Sejarah belajar subjek nonmanusia dapat dikontrol lebih mudah.
2.         Subjek nonmanusia tidak akan mengeluh
3.      Dengan menggunakan subjek non manusia, latarbelakang genetik dari subjek tersebut dapat dimanipulasi secara sistematis.
4.         Hubungan antara obat tertentu dengan proses belajar dapat diteliti pada subjek non manusia.
5.         Berbagai teknik pembedahan dapat dipakai untuk subjek nonmanusia
6.         Hewan selalu bisa dikendalikan.

Teknik Korelasi vs. Teknik Eksperimental.
Beberapa periset mungkin menggunakan correlational technique. Periset lainya menggunakan experimental techniques. Pengambilan kedua pendekatan ini akan tergantung pada prefensi risetnya.
                         1. Mengkaji Variabel Bebas
                         2. Seberapa Banyak Level Bebas yang akan Diteliti
3.    Memilih Variabel Bebas
4.    Menganalisis dan Interprestasi Data

PENGGUNAAN MODEL
Random House Dictionary of the English Language mendefinisikan analogy sebagai “kemiripan parsial antara ciri-ciri yang serupa dari dua hal, yang bisa disajikan dasar perbandingan”.
Pada tahun-tahun belakangan ini, psikologi pemrosesan informasi telah menggunakan komputer sebagai model dalam studi proses intelektual manusia. Banyak psikolog pemrosesan informasi menyatakan bahwa komputer dan manusia adalah analog karena keduanya menerima informasi (input) dari lingkungan, memroses informasi itu dengan menggunakan beberapa cara, dan kemudian bertindak berdasarkan informasi itu (out put). Akan tetapi, tidak semua psikolog pemrosesan informasi menganggap bahwa komputer adalah model yang berguna untuk mempelajari proses kognitif manusia. Model dipakai untuk menunjukan bagaimana sesuatu itu seperti sesuatu yang lain.
Teoripenguatan adalah usaha untuk menerangkan mengapa proses belajar terjadi. Namun berbeda dengan model, teori tidak berusaha menunjukan seperti apakah belajar itu.

BELAJAR DALAM LABORATORIUM VERSUS OBSERVASI NATURALISTIS
Beberapa periset berpendapat bahwa yang paling baik adalah mengombinasikan observasi naturalistis dan percobaan laboratorium. Artinya, kita dapat melakukan observasi awal disuatu lapangan, mengkajinya secara lebih mendetail di laboratorium, dan kemudian mengamati fenomena itu lagi di lapangan dengan pemahaman yang lebih besar yang diperoleh dari percobaan di laboratorium.

PANDANGAN KUHN TENTANG BAGAIMANA ILMU PENGETAHUAN BERUBAH
Dalam buku The Structure of Scientific Revolutions yang trbit pada 1973, Thomas Kuhn (1922-1996) menyajikan pandangan yang berbeda mengenai ilmu pengetahuan. Menurut Kuhn, Ilmuwan yang bekerja di bidang tertentu biasanya menerima sudut pandang tertentu tentang apa-apa yang sedang dipelajari.
Paradigma adalah cara memandang suatu subjek yang menjelaskan problem tertentu dan menunjukan cara pemecahan problem itu. Kuhn menyebut aktivitas pemecahan masalah dari ilmuwan yang mengikuti suatu paradigma sebagai normal science ( ilmu pengetahuan normal). Menurut Kuhn (1973), ilmuwan yang mengikuti paradigma tertentu, yakni mereka yang terlibat dalam ilmu pengetahuan normal, hanya memberikan semacam “mop-up operation” (operasi pembersihan).
Menurut Kuhn, inovasi dalam ilmu pengetahuan terjadi jika ilmuwan yang mengikuti paradigma tertentu terus-menerus berhadapan dengan kejadian yang tidak sesuai dengan sudut pandang yang mereka anut. Penggantian teori Newton dengan teori Einstein adalah salah satu contoh dari penggusuran paradigma lama ke paradigma baru, dan penggantian gagasan religius tentang penciptaan manusia oleh teori evolusi Darwin adalah contoh lainnya.

PANDANGAN POPPER TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan dianggap berkaitan dengan observasi empurus, pembentukan teori, pengujian teori, revisi teori, dan pencarian kaidah hubungan tertentu. Menurut Pooper (1963), aktivitas keilmuan ilmiah tidak berawal dengan observasi empiris, namun ia berawal dengan adanya problem.
Menurut Popper, problem akan menentukan observasi mana yang akan dilakukan oleh ilmuwan. Teori Ilmiah adalah solusi atas problem. Sebuah teori ilmiah harus memberikan prediksi spesifiktentang apa yang akan terjadi dalam situasi tertentu. Teori relativitas
Einstein memberikan prediksi yang berisiko, yakni bahwa ketika objek mendekati kecepatan cahaya, objek itu akan berkurang ukuranya dan meningkat massanya.

RINGKASAN BUKU THEORIES OF LEARNING BAB 16



RINGKASAN

Judul Buku        :  Theories of Lerning, 7th edition
Pengarang         : B.R. Hergenhahn, Matthew H. Olson



DIMAS PANDHU NARASANDI
5101413030
nuanza-ok.blogspot.com
 

Bab 16
Penutup

T
eori-teori yang sangat dipengaruhi oleh Darwin dimasukan dalam paradigma fungsionalistik dan evolusioner. Teori yang mengikuti tradisi Aristoteles dan Locke dimasukkan dalam paradigma asosiasionistik. Teori yang mengikuti tradisi Plato, Descartes, Kant, dan psikolog fakultas dimasukkan dalam pradigma kognitif. Teori Hebb dijadikan contoh dari paradigma neurofisiologis, yang juga berakar pada karya Descartes.
Kita telah mengeksplorasi teori belajar dimasa lalu dan sekarang. Kami berusaha menunjukan kemungkinan kemana arah teori belajar dan mempertimbangkan beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dimasa mendatang.

TREN TERBARU DALAM TEORI BELAJAR
Setidaknya ada empat tren utama dalam pendekatan studi belajar dewasa ini. Pertama, teori belajar saat ini lebih sederhana cakupannya. Ketimbang berusaha menjelaskan semua aspek proses belajar, teoretisi saat ini sudah cukup puas meneliti beberapa aspek dari proses belajar. Kedua, ada penekanan pada neurofisiologi belajar. Ketiga, proses kognitif seperti pembentukan konsep, pengambilan resiko, dan pemecahan masalah kembali menjadi topik studi yang populer. Keempat, ada peningkatan perhatian terhadap aplikasi prinsip belajar untuk solusi problem praktis.

BELUM ADA JAWABAN FINAL TENTANG PROSES BELAJAR
Tidak ada jawaban final berkenaan dengan sifat proses belajar dalam buku ini. Tetapi, fakta itu tidak perlu membuat mahasiswa patah asa, sebab dalam sains tidak pernah ada jawaban final. Dalam menentukan perilaku manusia, tidak ada proses yang lebih penting ketimbang belajar, dan jika begitu, maka salah upaya yang penting yang bisa dilakukan sesorang adalah membantu mengungkapkan misteri dibalik proses belajar itu.